Kuliah Pakar Magister Teknik Sipil “Peluang dan Tantangan Inovasi Teknologi Keairan”

Flyer Kuliah Pakar

Pada hari Sabtu, 12 November 2022 telah dilaksanakan kuliah pakar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Jember. Acara ini merupakan implementasi dari MoU antara Universitas Jember dengan Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI). Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Universitas Jember, acara dibuka dengan sambutan dari Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember, Dr. Ir. Triwahju Hardianto, S.T., M.T. yang mewakili rektor Universitas Jember yang berhalangan untuk memberikan sambutan.

Sambutan Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan sosialisasi Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Jember yang memiliki tiga peminatan yang berbeda yang disampaikan oleh koordinator Program Studi Magister Teknik Sipil, Dr. Ir. Jojok Widodo Soetjipto, S.T., M.T.

Sosialisasi Program Magister Teknik Sipil oleh Koordinator Program Studi

Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi yang dipimpin oleh Dr. Ir. Gusfan Halik, S.T., M.T., PU-SDA sebagai moderator. Dua orang narasumber telah hadir dari Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia yaitu Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc., Ph.D, PU-SDA dan Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D, PU-SDA.

Moderator dan Narasumber Kuliah Pakar

Prof. Indratmo menyampaikan mengenai beberapa topik yang berkaitan dengan peluang dan tantangan inovasi teknologi keairan. Pada bagian pendahuluan, beliau menyampaikan bahwa pengelolaan sumber daya air meliputi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian dan penanggulangan daya rusak air, sistem informasi sumber daya air, dan pemberdataan masyarakat.

Materi dari Prof. Ir. Indratmo Soekarno, M.Sc., Ph.D, PU-SDA

Sebagai contoh ialah adanya reservoir dengan lapisan kedap untuk menampung air tanah yang dipompa dengan energi surya, digunakan untuk air minum penduduk dan pertanian (Pulau Flores).

Pada kenyataannya, penduduk dunia banyak tinggal di wilayah pantai. Padahal pada saat yang sama, wilayah pantai memiliki banyak permasalahan kekurangan air bersih. Salah satu inovasi untuk menjawab permasalahan tersebut ialah coastal reservoir. Konsep yang ditawarkan ialah dengan melepaskan air yang berpolusi dan menyimpan hanya air bersih saja. Hal yang diperlukan ialah bagaimana agar dapat menurunkan efek buruk lingkungan dan sosial di daerah tersebut. Salah satu keuntungan dari dibuatnya waduk muara (coastal reservoir) ialah tidak akan mempengaruhi DAS dan tidak terpengaruh perubahan alur sungai, juga dapat mengurangi erosi pantai.

Salah satu estuary reservoir generasi 1 telah dimulai pada tahun 1995 di Batam yaitu Duriangkang Dam. Dam ini mampu mensuplai air utama di Pulau Batam. Contoh-contoh lainnya ialah Sei Tembesi Dam, Rempang Dam, Nusa Dua Estuary Dam dan Muara Sungai Cisadane sebagai tantangan pembangunan coastal reservoir generasi 2.

 

Coastal Reservoir Generasi 2 di Muara Sungai Cisadane

Hal yang menjadi tantangan pada waduk ialah teknologi pengendalian sedimen pada waduk. Umur waduk sangat ditentukan oleh laju sedimentasi di dalam waduk tersebut. Prof. Indratmo menyampaikan empat pendekatan dalam manajemen sedimen yaitu: catchment management, pass sediment through or around the reservoir, remove deposited sediment from reservoir, and compensate for sedimentation (increase reservoir volume).

Pada materi kedua, Prof. Djoko Legono menyampaikan mengenai pengendalian banjir skala makro. Pengelolaan SDA sebaiknya dilaksanakan dengan konsep one river – one plan – one management yang berdaulat. Akhirnya pengelolaan SDA dapat dilakukan dengan mengelolaa sungai lintas batas (transboundary) yaitu sungai yang mengalir pada lebih dari satu batas politis, baik batas negara ataupun batas internasional.

Sebagai aplikasi pengelolaan sungai lintas batas ialah Sungai Rhine yang melintasi 9 negara, Sungai Mekong yang melalui 6 negara, dan Sungai Zambesi yang berada pada 8 negara. Di Indonesia, terdapat WS Progo-Opak-Serang yang melalui 8 kabupaten.

Dalam kegiatan pembangunan keairan, terdapat tiga bagian yaitu kegiatan baru, kegiatan peningkatan, dan kegiatan pengoperasian/pemeliharaan, dll. Selama perjalanan operasional dan pemeliharaan infrastruktur, terdapat dua kondisi yang harus diperhatikan yaitu kondisi normal dan kondisi ekstrim.

Pembangunan keairan berkelanjutan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Berkelanjutan dalam hal ini ialah bahwa pembangunan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah dan dampak negatif bagi generasi yang akan datang.

Dalam proses revitalisasi lahan daerah irigasi rawa pasca gambut, perlu dipantau parameter selain yang sudah umum (parameter yang berubah secara dinamis) yaitu pH dan salinitas. Salah satu penerapannya ialah pemantauan di Waduk Sei Gong untuk memantau hujan dan debit secara realtime.

Sistem Pemantauan Realtime

Prof. Djoko Legono juga menyampaikan bahwa Tantangan riset inovatif yang kita hadapi saat ini ialah NBS (Natural-Based Solutions) yang meliputi beberapa hal yaitu menjawab isu perubahan iklim, berbasis teknologi informasi, mendukung ketahanan air dan pangan, serta meminimasi dampak negatif.

Setelah setiap sesi materi, terdapat sesi tanya jawab yang secara antusias diikuti oleh peserta baik dari mahasiswa Universitas Jember maupun dari peserta yang berasal dari banyak instansi. Setelah sesi tanya jawab, diadakan foto bersama untuk peserta daring melalui Zoom maupun peserta yang hadir secara luring di auditorium Universitas Jember.

Foto Bersama secara Luring