Pada hari Rabu, 18 Mei 2022 dilaksanakan kuliah tamu Lightweight Construction Materials oleh Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember. Kuliah tamu ini diadakan secara langsung di auditorium Fakultas Teknik Universitas Jember. Setelah dilakukan pembukaan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, diberikan sambutan yang pertama oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil, Dr. Ir. Gusfan Halik, ST., MT. Selanjutnya sambutan diberikan oleh Koordinator Program Studi S1 Teknik Sipil, Dr. Ir. Anik Ratnaningsih, ST., MT.
Sebelum diberikannya materi, diadakan games dengan menggunakan media Kahoot.Tiga orang dengan nilai tertinggi mendapat hadiah dari CITICON. Setelah games selesai, sesi materi dimulai. Pada sesi tersebut, materi diberikan oleh marketing & product development PT CITICON Nusantara Industries, Ibu Dini Sari dan Bapak Ketut Aswatama, ST., MT., staf pengajar Teknik Sipil Universitas Jember bertindak sebagai moderator.
Dalam sesi materi, dijelaskan apa saja kelebihan dari lightweight construction materials. Dengan menggunakan konstruksi yang ringan, maka karena ringan maka ia akan ikut bergerak bersama gempa sehingga tahan terhadap gempa. Sejarah Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dimulai pada tahun 1923. Dr. Johan Eriksson si Swedia mengembangkan Autoclaved Aerated Concrete. Pada tahun 1946, Joseph Hebel dari Jerman mengembangkan AAC. Kemudian pada tahun 1995 didirikan pabrik AAC pertama di Indonesia. Pada akhirnya, tahun 2008 didirikan pabrik AAC pertama di Jawa Timur, CITICON.
AAC terbuat dari pasir silika. Ia adalah bahan pembentuk kaca sehingga memiliki kekuatan. Pasir silika dihaluskan bersama semen, kapur, dan expending agent. Bahan inilah yang membuat AAC berbeda dengan bata merah. Ketika dituangkan sepertiga cetakan, maka material akan mengembang sehingga cetakan menjadi penuh karena bagian dalamnya berpori. Akan tetapi pori pada bata ringan (AAC) tidak saling berhubungan. Setelah dicetak, bahan dimasukkan ke dalam Autoclaved sehingga produk menjadi kering sempurna dan muai susutnya menjadi 0.
Keunggulan bata ringan ialah dibutuhkan jumlah bata ringan yang lebih sedikit (60 bata) dibandingkan dengan bata merah (127 bata) untuk 1 m2 dinding. Bata ringan juga memiliki daya serap air yang rendah, tahan api, dapat menyerap gelombang suara dengan baik dan ukurannya cukup presisi.
Kemampuan menerima beban dari atas (kuat tekan) bata ringan lebih tinggi (>= 4 kg/cm) daripada bata merah (3,51 kg/cm). Kemampuan menerima beban gempa (kuat geser) bata ringan lebih tinggi (0,97 kg/cm) daripada bata merah (0,19 kg/cm).
Setelah materi selesai diberikan, dilakukan sesi tanya jawab dan demonstrasi material yang dibawa oleh tim CITICON. Bata ringan dipotong dengan cara yang relatif mudah oleh salah satu peserta. Selain itu, ditunjukkan pula bagaimana teknik menghubungkan satu bata dengan bata yang lain. Terlihat bahwa mortar yang dibutuhkan ketika menyambungkan kedua bata sangat tipis yaitu sekitar 5 mm. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan sambungan tersebut juga sangat singkat yaitu pada bilangan menit, dibandingkan dengan bata merah yang memerlukan waktu 24 jam agar sambungan semen antar bata dapat kering.
Kuliah tamu ini sangat bermanfaat untuk mahasiswa Teknik Sipil untuk memantapkan materi mengenai Material Bahan Bangunan yang diberikan pada sesi kuliah. Selain itu, kuliah tamu ini juga bermanfaat bagi mitra industri dan konsultan yang juga diundang pada sesi kuliah tamu tersebut.