Pada tanggal 18 November 2020 telah dilakasanakan kuliah tamu internasional tentang Mitigasi Resiko Bencana Banjir oleh Universitas Jember. Pembicara kuliah tamu internasional ini adalah Prof. Dr. Zulkifli Yusop dari Universitas Teknologi Malaysia. Kuliah Tamu dibuka oleh Dr. Ir. Triwahju Hardianto, ST., MT. sebagai dekan Fakultas Teknik Universitas Jember dan dimoderatori oleh Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM.
Kuliah tamu diawali dengan penjelasan mengenai garis besar presentasi yang mencakup pendahuluan dan materi utama. Pada bagian pendahuluan, Prof. Zulkifli Yusof menjelaskan mengenai definisi dan tipe banjir, skenario global dan situasi di Malaysia. Adapun dalam materi utamanya, beliau menjelaskan beberapa sub topik “Flood Risk Mitigation” yaitu tipe-tipe dampak banjir, pendekatan manajemen banjir, penanganan banjir secara struktural dan non-struktural, zonasi risiko banjir, hutan dan banjir, dampak terhadap perubahan iklim, dan analisis risiko.
Pada bagian awal, dijelaskan mengenai tipe-tipe banjir yang terdiri atas 5 jenis yaitu: (1) River Flood (banjir yang berasal dari sungai); (2) Coastal Flood (banjir pesisir); (3) Storm Surge; (4) Flash flood (banjir bandang); dan (5) Moonsun Flood (banjir muson).
Berdasarkan data statistik “bencana yang berkaitan dengan iklim dan cuaca” sejak 1960-2019, jumlah bencana pertahun, iklim dan cuaca merupakan faktor yang paling besar kontribusinya dalam meningkatkan jumlah bencana setiap tahunnya. Bencana akibat kebakaran berkontribusi 2,8%, suhu ekstrim berkontribusi 4%, kekeringan 4,9%, longsor 7,8%, badai 30% dan banjir adalah bencana yang berkontribusi paling tinggi yaitu 50,5%. Dibandingkan dengan bencana lain, banjir merupakan bencana yang mengakibatkan kerugian paling tinggi. Bencana-bencana banjir yang terjadi di Malaysia yang mengakibatkan banyak korban. Salah satu bencana banjir yang dijelaskan adalah bencana banjir di Klantan yang diakibatkan oleh hujan tanpa henti dengan jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan banjir besar.
Banjir yang terjadi menimbulkan dampak untuk beberapa aspek, yaitu:
- Dampak sosial, dampak ini terjadi pada manusia, yaitu rumah tempat mereka tinggal, kehidupan sehari-hari serta berdampak pada persediaan air dan makanan.
- Dampak lingkungan, dampak ini terjadi pada lingkungan alam, yaitu flora fauna disekitar area bencana, kualitas air dan limbahnya, serta limbah padat seperti bongkahan kayu yang ikut terbawa air banjir.
- Dampak ekonomi, dampak ini terjadi pada pekerjaan manusia, pendapatan dan bisnis yang biasanya dilakukan sebelum bencana.
Untuk mencegah banjir dilakukan pendekatan manajemen banjir yaitu:
- Manajemen sungai, meningkatkan Lag Time sungai dengan memanjangkan atau membangun sebuah kontruksi untuk mengkontrol Lag Time.
- Mengatur atau mengatasi banjir di area yang sensitif secara ekologis.
Terdapat dua jenis langkah-langkah mitigasi banjir, yaitu secara struktural dan non struktural. Secara struktural bisa dilakukan dengan membangun konstruksi tanggul, flood wall, tembok laut, dam, saluran banjir, dan kanal. Adapun langkah non struktural dilakukan dengan cara: meningkatkan elevasi struktur, cara/sistem alami, pemetaan risiko, perkiraan bahaya, sistem peringatan dini, dan rencana darurat, perencanaan tata guna lahan dan zonasi, reboisasi dan konservasi, standar konstruksi, relokasi, dan asuransi.
Kerusakan banjir diprediksi akan lebih parah ke depannya, dan perubahan iklim merupakan faktor yang akan meningkatkan resiko banjir di masa yang akan datang. Maka dari itu mitigasi secara strukturan dan non struktural perlu dilakukan.
Risiko merupakan gabungan dari bahaya, kerentanan dan keterpaparan dibagi dengan kapasitas. Untuk mengurangi risiko kita harus meningkatkan kapasitas kita untuk menghadapi bencana sehingga menurunkan risiko yang ada.
Menurut Prof. Zulkifli Yusop salah satu langkah mitigasi banjir yang dilakukan di Malaysia adalah melakukan analisis risiko bencana banjir dengan memperhitungkan bahaya yang ada. Salah satu cara untuk mengetahui bahaya banjir adalah dengan zonasi banjir, contohnya pada Sungai Pinang di Penang Malaysia. Zonasi yang dilakukan di Sungai Pinang dilakukan dengan membuat peta zonasi banjir dengan kala ulang 2, 5, 10, 50, 100, dan 200 Tahun.
Setelah diketahui bahaya yang terjadi, maka mencari kerentanan sosial dan ekonomi yang ada disekitar Sungai Penang, sehingga akan diketahui peta zonasi resiko bencana banjir di sekitar Sungai Pinang.
Penjelasan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta kuliah tamu. Berdasarkan data dari Zoom, jumlah peserta kuliah tamu ini mencapai 736 orang. Jumlah peserta yang banyak dan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta membuat kuliah tamu berlangsung hangat. Semoga dengan diadakannya kuliah tamu ini dapat memberikan inspirasi dan semangat bagi peserta untuk belajar, melaksanakan dan mengembangkan mitigasi risiko banjir di daerah masing-masing.
Pewarta: Adelia dan Retno