Pada tanggal 9 November 2020, telah terselenggara seminar daring yang diselenggarakan oleh Universitas Borneo Tarakan dengan tema “Strategi Mitigasi Banjir untuk WIlayah Perkotaan”. Dalam seminar daring tersebut, Ibu Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM. bertindak sebagai pembicara.
Seminar daring dibuka oleh dekan Fakultas Teknik Universitas Borneo Tarakan, Ibu Asta,ST.,M.Eng. Beliau berharap agar hasil dari seminar daring tersebut dapat bermanfaat tidak hanya sebagai ilmu pengetahuan tetapi juga bisa diaplikasikan di Kota Tarakan.
Pada awal seminar tersebut, dibahas gambaran besar bagaimana metode dalam melakukan kajian banjir. Diawali dengan pembuatan peta bahaya banjir, dilanjutkan dengan pembuatan peta kerentanan banjir, dan diakhiri dengan perencanaan strategi penanganan banjir perkotaan.
Selanjutnya dibahas mengenai definisi dan dampak banjir. Dampak banjir terbagi menjadi dua hal yaitu yang dapat diperkirakan (tangible) dan tidak dapat diperkirakan se (intangible). Dampak yang dapat diperkirakan terdiri atas kerugian properti, kehilangan hasil panen, kerugian bisnis, dan terganggunya jalan perkotaan atau infrastruktur. Sedangkan kerugian yang intangible di antaranya ialah kerugian jiwa, gangguan layanan udara, penyebaran penyakit menular, kerusakan komunikasi, pemutusan pasokan listrik, dan gangguan sosial.
Penyebab banjir perkotaan di antaranya ialah curah hujan yang tinggi, adanya aliran balik air pasang yang masuk ke sungai, tidak adanya tata ruang kota, tidak adanya pengembangan kota yang direncanakan dengan baik, sedimentasi (bersumber dari sampah atau sedimentasi yang ada di sungai).
Dalam melakukan analisis hujan-aliran, dapat digunakan beberapa perangkat lunak seperti HEC-HMS dan SWAT. Dalam proses pemodelan tersebut, dibuat hidrograf banjir untuk beberapa periode ulang. Untuk memastikan bahwa model kita tepat, maka perlu dilakukan kalibrasi dengan banjir histori.
Untuk membuat peta genangan, diperlukan data topografi yang detail sangat penting dalam pemodelan ini misalnya dengan menggunakan foto udara menggunakan drone sehingga didapat Digital Surface Model (DSM) yang cukup. Data topografi dan nilai Manning yang didapat diperlukan dalam pemodelan hidrolika misalnya dengan menggunakan HEC-RAS. Melalui pemodelan tersebut dapat diketahui luas genangan banjir dengan periode ulang tertentu misalnya 20 tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Luas genangan untuk periode ulang yang berbeda ini menjadi dasar untuk membuat peta bahaya banjir.
Dalam membuat peta kerentanan banjir, ditentukan indikator masing-masing kriteria dari elemen fisik, elemen sosial, elemen ekonomi, dan elemen lingkungan. Setelah itu dilakukan pembobotan untuk dipetakan secara spasial sehingga dihasilkan peta kerentanan banjir.
Setelah peta kerentanan dan peta bahaya selesai dibuat, kedua peta tersebut dapat digabungkan menjadi peta risiko. Peta risiko ini menjadi dasar untuk membuat strategi mitigasi banjir yang terdiri atas strategi struktural (pengendalian dan pemeliharaan banjir) dan non-struktural (pengendalian, perencanaan, rencana darurat dan perkiraan banjir). Acara diakhiri dengan tanya jawab yang diikuti oleh seluruh peserta.
Rekaman kegiatan tersebut dapat disimak pada tautan berikut:
Webinar Strategi Mitigasi Banjir Untuk Wilayah Perkotaan – YouTube