Kuliah Pakar “ Potensi Tsunami di Indonesia dan Mitigasinya”

Pada Hari Jumat, 25 Oktober 2019, Program Studi Magister Teknik Sipil (PS-MTS) mengundang narasumber yang merupakan pakar dalam bidang tsunami, Dr-Ing. Ir. Widjo Kongko, M.Eng. dari Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT. Beliau diundang untuk memberikan kuliah tamu bagi mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember.

Acara dimulai pukul 13.30 dengan doa pembuka dan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh seluruh peserta. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember, Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM. Sesi penyampaian materi dimoderatori oleh Retno Utami A.W., Ph.D. Acara kuliah pakar  perwakilan dari BPBD Kab. Situbondo, BPBD Kota Probolinggo, BPBD Kab. Jember, dan Bakorwil V Jember.

Dalam paparannya, Dr-Ing. Ir. Widjo Kongko, M.Eng. menyampaikan bahwa Indonesia merupakan tempat bertemunya tiga lempeng utama dunia, yang membuatnya memiliki potensi terjadi gempa yang tinggi. Lempeng-lempeng bumi bergerak setiap waktu dengan kecepatan yang berbeda-beda seperti lempeng Indo-Eurasia dengan kecepatan ± 7cm/thn dan lempeng Australia-Pasifik dengan kecepatan ± 11cm/thn. Selain itu, berdasarkan Peta Gempa (2017) terdapat megathrust di Indonesia, yaitu daerah subduksi dengan potensi gempa yang besar yaitu lebih dari M 7.7.

Berdasarkan data statistik korban meninggal akibat bencana, gempa dan tsunami menduduki angka tertinggi sebagai penyebab korban bencana tersebut baik dalam skala Negara (Indonesia) maupun dunia. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun jumlah kejadian gempa dan tsunami terhitung lebih jarang dibandingkan bencana lainnya, diperlukan adanya perhatian yang besar untuk mencegah terjadinya banyak korban akibat gempa dan tsunami yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Tsunami terjadi akibat perpindahan volume air laut yang dapat diakibatkan oleh gempa bumi, letusan gunung api atau longsor. Untuk menghadapi tsunami, perlu ada upaya mitigasi baik struktural maupun non-struktural. Upaya struktural dilakukan dengan membuat infrastruktur yang dapat beradaptasi, menyesuaikan dan bertahan terhadap bencana gempa dan tsunami. Adapun upaya non-struktural dilakukan dengan edukasi kepada masyarakat mengenai prosedur untuk melakukan evakuasi ketika terjadi bencana tsunami.

Dalam penjelasannya, narasumber menjelaskan berbagai pembelajaran yang diambil dari kasus tsunami yang pernah terjadi baik itu pada kejadian Tsunami Aceh (2004), Tsunami Pangandaran (2006), Tsunami Mentawai (2010), bahkan kejadian Tsunami Palu-Donggala (2018). Beliau menyampaikan bahwa kearifan lokal daerah perlu digali dan dipertahankan dalam rangka mendukung mitigasi tsunami. seperti mempertahankan dan membudidayakan mangrove sebagai pelindung dari gelombang tsunami. Dari hasil penelitian narasumber, mangrove cukup efektif dalam mengurangi kerusakan yang terjadi akibat gelombang tsunami. Wilayah yang terlindungi oleh mangrove terbukti mengalami gelombang tsunami yang lebih dangkal dengan kecepatan serta energi yang lebih rendah daripada rumah yang tidak terlindung oleh mangrove. Di samping itu, kearifan lokal dari sisi budaya dan sejarah masa lalu pun perlu dipelajari. Dengan mempelajari Babad Tanah Jawa misalnya, dapat ditemukan bahwa tsunami pernah terjadi di masa lalu dengan bahasa dan istilah yang mereka buat pada masa itu.

Dari paparan narasumber dapat disimpulkan bahwa :

  1. Indonesia merupakan daerah tempat terjadinya gempa bumi dan tsunami. Masih banyak kejadian bencana dan peninggalannya yang belum digali dan diteliti pada masa lalu, kini dan pembelajaran yang sudah didapat harus dijadikan pedoman untuk melakukan mitigasi tsunami untuk kejadian yang akan datang.
  2. Pantai di Indonesia yang menghadap daerah subduksi berpotensi tsunami dari gempa bumi megathrust dengan magnitudo > M 5 & tinggi tsunami > 15m.
  3. Untuk mitigasi / Pengurangan Risiko Bencana (PRB) perlu dikenali karakteristik ancaman bencana yang unik di setiap daerah, adopsi kearifan lokal, penguatan kapasitas dan sinergitas stakeholders.

Pada sesi tanya jawab, peserta sangat antusias untuk bertanya. Pertanyaan dan apresiasi diberikan oleh perwakilan dari Bakorwil V Jember Bapak Khoirul, mahasiswa S1 Teknik Sipil (M. Fahmi), mahasiswa S2 Teknik Sipil (R. Denisio dan Arbi), perwakilan dari BPBD Jember Bapak Rahman Subagio, dan dosen S2 Teknik Sipil Bapak Dr. Ir. Krisnamurti, M.T. Seluruh pertanyaan dijawab oleh narasumber serta ditanggapi oleh peserta yang lain. Proses tanya jawab dan diskusi berlangsung hangat dan meriah sampai pukul 16.00

Acara kemudian ditutup oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil Dr. Gusfan Halik, S.T., M.T. dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada narasumber dan foto bersama. Dengan dilaksanakannya kuliah pakar ini, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi mahasiswa sebagai bagian dari penelitian, akan tetapi bagi masyarakat luas terutama bidang penanganan bencana.

Materi dapat diunduh pada tautan berikut:

http://bit.ly/kultsunami19

Pewarta: Adelia dan Retno